Taken from : Milis Asiforbaby
Berdasarkan hasil penelitian dari para ahli, berbagai penyakit berbahaya di masa bayi maupun usia dewasa bisa dihindari bila bayi diberi ASI eksklusif. Contohnya, penyakit seperti infeksi, diare, radang otak, radang paru-paru, diabetes, dan kanker. Bayi yang diberikan ASI, 20 kali lipat jarang terkena diare akut dibandingkan bayi yang hanya mengonsumsi susu formula. Selain itu, bayi yang diberikan ASI, 7 kali jarang terkena radang paru-paru dan 4 kali tidak terkena radang otak atau meningitis.
Menurut data dari Demographic and Health Survery World Health Organization tahun 1986-1989, persentase bayi di Indonesia yang mendapat ASI sebesar 96 persen. Sementara 36 persen bayi mendapatkan ASI secara eksklusif yang hanya mengkonsumsi ASI hingga berusia 4-6 bulan.
Akan tetapi Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992, memperlihatkan adanya penurunan. Bayi yang menerima asupan ASI secara eksklusif tinggal 30 persen. Dan, pada 5 tahun berikutnya atau tahun 1997, Survei Demografi Kesehatan Indonesia, memperlihatkan bahwa hanya 52 persen ibu yang menyusui bayinya. Itupun rata-rata hanya selama 1,7 bulan. Bahkan, menurut data UNICEF, hanya 3% ibu yang memberikan ASI secara eksklusif.
Aneka Nutrisi dalam ASI
Sementara menurut dr Jacob R Pairunan, Sp.A, pada sebuah seminar di Siloam Graha Medika Hospital, Jakarta, distribusi energi dari ASI ialah protein 8%, karbohidrat 42%, dan lemak 50%. Selain mengandung zat-zat gizi, lanjutnya, ASI juga mengandung zat-zat nongizi untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit. Selain itu ikatan khusus yang dikembangkan antara ibu dan bayi, penting bagi emosional bayi dan perkembangan intelektual. Pemberian ASI juga dikaitkan dengan menurunkan resiko berkembangnya kanker payudara sebelum menopuse bagi ibu dan wanita menyusui akan kembali ke berat badan sebelum hamil lebih cepat.
Soal kecerdasan anak, kata Jacob, sebetulnya dipenganihi dua faktor. Pertama, faktor genetik dari kedua orangtuanya, dan kedua, faktor lingkungan atau sosial psikologi. Selain itu juga terdapat faktor-faktor khusus yang berhubungan erat dengan peningkatan kecerdasan anak yaitu zat-zat gizi. Tetapi sampai saat ini bisa dipastikan secara ilmiah belum ada satu gizi pun yang paling bertanggung jawab untuk meningkatkan kecerdasan, katanya.
Zat gizi yang selama ini dikatakan makanannya otak, sambung Jakob seperti asam arakhidonat (AA) dan asam dukosa heksanoat (DHA) sudah terkandung di dalam ASI. Lemak yang mengandung DHA dan AA berperan sebagai penunjang proses tumbuh kembang anak, terutama dalam hal kecerdasan. Lemak tersebut bisa diperoleh dari ASI, susu, mentega, kuning telur, daging, kedelai, dan jagung. la optimis bahwa tidak mustahil pada masa-masa mendatang akan terungkap karidungan ASI yang sampai saat ini belum diketahui. Perlu diketahui oleh para orang tua, setiap bayi membutuhkan 2-2,2 gr/kg protein yang terdapat dalam ASI, daging, ikan, susu, telur, dan keju. Karbohidrat juga merupakan sumber energi yang terdapat di dalam produk nabati seperti beras, kacang-kacangan, buah-buahan, dan umbi-umbian. Glukosa yang terdapat dalam karbohidrat merupakan sumber energi utama di otak dan menjaga integritas fungsi saraf. "Bayi juga memerlukan lebih banyak lemak dibanding orang dewasa. Fungsi utama lemak membantu ketersediaan dan penyerapan vitamin, dan memberikan rasa kenyang pada pencernaan," tegasnya.
Jacob mengatakan zat gizi dapat terbagi dua, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien berupa protein, karbohidrat, lemak, dan air. Sedangkan mikronutrien dapat berupa vitamin, mineral, dan oksigen. Fungsi protein yang termasuk dalam makronutrien adalah untuk pembentukan dan pemeliharaan janngan tubuh, serta sebagian kecil sebagai sumber energi. Protein juga tidak dapat disimpan di dalam tubuh. Sedangkan untuk gizi mikronutrien yang berupa mineral, antara lain kalsium, fosfor, dan lain-lain. Mineral berfungsi dalam pembekuan darah, penyalur rangsang saraf, dan aktivitas enzim. Fosfor bersama-sama kalsium juga membentuk matriks tulang dan gigi. Faktor besi penting untuk pembentukan hemoglobin dari sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke seluruh tubuh terutama otak, dan juga untuk sistem enzim, yang terdapat dalam ASI dan hati
Kalium bersama kalsium, lanjut Jacob, mengatur aktivitas persyarafan otot, dengan sumbernya ialah susu, daging, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Zat seng ialah mineral yang berpengaruh dalam fungsi pengecapan, memperbaiki pertumbuhan, mempertahankan kekebalan tubuh, mempercepat penyembuhan luka, mempertegas garis keturunan, dan regulasi ekspresi genetik. Selenium untuk metabolisme otot, sebagai komponen enzim yang mencegah kerusakan membran sel oleh radikal bebas (antioksidan).
Untuk memperoleh ASI yang lebih bergizi dianjurkan untuk ibu agar dapat menyusui bayinya segera setelah melahirkan dan makan-makanan bergizi yang dapat meningkatkan ASI, misalnya kacang-kacangan, sayuran hijau, ikan, telur dan buah-buahan.
Setelah mengadakan observasi terhadap 345 anak antara 1 - 5 tahun, para ilmuwan denmark dan norwegia memberikan laporan bahwa anak anak yang diberi ASI selama 6 bulan keatas menunjukkan ciri ciri intelektual (IQ) yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang disusui selama kurang dari 3 bulan saja. Penelitian juga dikelompokkan dari usia ibu, dan IQ masing masing ibu. Menurut ketua tim peneliti, hubungan psikologis yang terbentuk antara ibu dan anaknya pada saat menyusui sangat mungkin menjadi faktor yang penting dalam perkembangan IQ. Selain itu tentu saja juga kekayaan nutrisi dalam air susu ibu yang menjadi pendukung utama dalam perkembangan anak. (dari berbagai sumber)
Thursday, March 11, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment